Oleh : Kosterman Usri
Staf Pengajar FKG Universitas Padjadjaran
Dentamedia No.2 Vol.21 : April-Juni 2017
Dalam banyak kesempatan, anjuran untuk menggunakan produk buatan
dalam negeri kerap digaungkan, tak ketinggalan untuk produk material kedokteran
gigi. Namun yang menjadi masalah adalah "adakah material kedokteran gigi
buatan Indonesia yang bisa dibeli di pasaran?" Perkembangan bahan atau material kedokteran gigi sungguh luar
biasa, dalam setiap pameran kita disuguhkan aneka macam produk yang
kuantitasnya semakin banyak dan juga
kualitasnya semakin baik. Namun mencari produk buatan Indonesia diantara
sekian banyak barang yang dijajakan laksana mencari jarum dalam tumpukan
jerami.
Saat ini setidaknya hanya ada
tiga produk material kedokteran gigi buatan Indonesia yang dapat dibeli
dipasaran. Produk pertama adalah lilin dental "Anchor Brand" yang
produsennya tidak diketahui pasti karena tidak tercantum pada kemasan produk.
Produk kedua adalah bonegraf merek "Gamacha" produksi PT Swayasa
Prakarsa yang diedarkan oleh PT Kimia Farma (Persero). Produk ketiga adalah
"Fletcher" Buatan PT Kimia Farma (Persero) yang entah masih diproduksi atau hanya tinggal
sisa-sisanya saja yang beredar di pasaran.
Pada masa lalu, ada beberapa
material kedokteran gigi lain yang pernah diproduksi, namun sayangnya tidak
berlanjut sampai sekarang. Amalgam adalah salah satunya, diproduksi oleh PT
Aneka Tambang (Persero). Kemudian PT Indofarma (Persero) pernah memproduksi
Glass Ionomer ART dengan lisensi dari GC Corporation.
Sebenarnya saat ini dunia
material kedokteran gigi Indonesia terasa sudah cukup riuh berkembang. Di sisi
riset, dalam berbagai temu ilmiah, para peneliti kerap mempresentasikan hasil
penelitian bahkan prototif produk
material kedokteran gigi. Selain di temu ilmiah pada ajang lomba karya ilmiah
mahasiswa kerap ditampilkan
produk-produk hasil penelitian berupa inovasi baru yang tergolong ke
dalam material kedokteran gigi.
Di sisi perdagangan juga
sangat meriah. Hal ini bisa dilihat dari pemeran kedokteran gigi berskala besar
yang biasanya diikuti oleh ratusan pedagang dental.
Bergairahnya perdagangan
material kedokteran gigi tentu tidak terlepas dari terus bertumbuhnya konsumsi
melalui tangan para dokter gigi di tempat prakteknya. Menurut data Konsil
Kedokteran Gigi Indonesia (KKI) saat ini ada 29.081 orang dokter gigi dan 3.336
dokter gigi spesialis. Ini tentu jumlah pasar yang menjanjikan.
Sisi yang tidak berkembang di
dunia material kedokteran gigi Indonesia adalah industri produksi material kedokteran gigi. Boleh jadi
fenomena yang terjadi pada industri sektor lain terjadi pula di material
kedokteran gigi. Nilai keekonomisan produksi sering menjadi masalah utama,
biaya produksi jatuhnya lebih mahal bila dibandingkan dengan produk sejenis
yang diimpor dari luar negeri. Penyebabnya karena memang iklim investasi di
Indonesia belum kondusif, menurut Bank Dunia di tahun 2017 Indonesia berada
diurutan ke 91 dari 190 negara dari segi kemudahan berbisnis.
Dalam kondisi seperti
sekarang, sulit mencari pengusaha dan perusahaan yang mau memproduksi material
kedokteran gigi di Indonesia. Akibatnya proses hirilisasi hasil riset tidak
berjalan sama sekali. para ilmuan terpaksa hanya bisa sampai pembuatan prototif
dan publikasi di jurnal ilmiah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar