Oleh : Donna Belinda
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi
di Jakarta
Dentamedia No.2 Vol. 27 : April-Juni
2023
Ketika melihat judul di atas, mungkin kebanyakan orang sudah bertanya-tanya di dalam hati, sebenarnya Indonesia masih kekurangan dokter gigi atau malah oversupply dokter gigi karena tingginya peminat program studi kedokteran gigi dan banyaknya fakultas kedokteran gigi. Melalui tulisan ini, mari kita kupas satu per satu.
Dalam berita mengenai jumlah dokter gigi di Indonesia, ada berita yang membahas jumlah dokter gigi di Indonesia sudah banyak namun persebarannya yang tidak merata sehingga ada daerah yang masih kekurangan dokter gigi. Pemerintah sendiri sadar akan hal itu dan mengadakan program seperti dokter gigi Pegawai Tidak Tetap (PTT) dan Nusantara Sehat untuk menggaet dokter gigi agar mau bekerja di daerah terpencil dengan gaji relatif besar.
Selain itu, ada juga berita yang membahas jumlah dokter gigi di Indonesia masih kurang karena masih ada wilayah yang kekurangan dokter gigi. Menurut perbandingan WHO, idealnya satu dokter gigi melayani 7.500 penduduk, sedangkan di Indonesia satu dokter gigi melayani 9.000 penduduk. Berita ini muncul pada bulan Januari tahun 2020 dimana jumlah dokter gigi baik spesialis dan umum sebanyak 33.484 orang dengan jumlah penduduk sekitar 267 juta orang.
Januari 2021, diperkirakan penduduk Indonesia mencapai 271 juta. Berarti kira-kira dalam 1 tahun, kenaikan angka penduduk sebanyak 4 juta orang. Berdasarkan halaman PDGI yang dikutip tanggal 22 Januari 2022, jumlah dokter gigi di Indonesia mencapai 37.710 untuk dokter gigi umum dan 4.728 untuk dokter gigi spesialis. Jumlah dokter gigi jika dibandingkan tahun 2020 dengan 2022 memiliki selisih sebanyak 4.226 dokter gigi. Jika dihitung secara kasar, tiap tahun bertambah sekitar 2.100 dokter gigi.
Melalui data yang ada, dapat disimpulkan bahwa Indonesia sendiri tidak kekurangan dokter gigi maupun kelebihan dokter gigi. Kenapa? Menjadi pertimbangan bahwa di masa depan, Indonesia akan memiliki teknologi seperti robot yang dapat membantu dokter gigi bahkan menggantikan kerja dokter gigi meski tidak secara keseluruhan, meski teknologi tersebut memerlukan waktu yang lama untuk dicapai.
Di China pada tahun 2017, sebuah robot berhasil memasang implan gigi dalam mulut wanita tanpa bantuan dokter gigi sama sekali, namun tetap berada di bawah pengawasan dokter gigi. Jadi, meski jumlah dokter gigi yang bertambah, perlu ingat bahwa jumlah penduduk juga tetap ikut bertambah.
Memang benar bahwa penyebaran dokter gigi di Indonesia belum merata karena kebanyakan dokter gigi ingin bekerja di Pula Jawa. Namun, program dokter gigi PTT dan Nusantara Sehat dari pemerintah untuk mendistribusikan dokter gigi ke daerah yang kekurangan dokter gigi juga terbatas jumlahnya. Hal ini karena dana program tersebut yang terbatas dan tidak semua dokter gigi berminat mengikuti program ini.
Kebijakan pembukaan program studi kedokteran gigi di daerah yang masih kekurangan dokter gigi mungkin dapat menjadi solusi. Hal ini karena dokter gigi disana bisa membantu masyarakat dan sambil mengajar, apalagi seperti di timur Indonesia masih banyak yang minim dokter giginya.
Selain itu seperti yang dimuat di akun media sosial Persatuan Senat Mahasiwa Kedokteran Gigi Indonesia (PSMKGI), program internship juga menjadi salah satu solusi untuk mendistribusikan dokter gigi ke wilayah yang kekurangan dokter gigi.
Oleh karena itu, rasanya jumlah dokter gigi di Indonesia tidak kekurangan maupun berlebihan karena banyak faktor yang mempengaruhi dan kekurangan maupun berlebihan ini sifatnya masih relatif. Untuk saat ini, semangat terus untuk tenaga kesehatan di Indonesia dalam menjalankan setiap tugas, kita pasti bisa!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar